Kamis, 05 Januari 2012

Kasuari

Casuarius adalah salah satu dari dua genus burung di dalam suku Casuariidae. Genus ini terdiri dari tiga spesies kasuari yang berukuran sangat besar dan tidak dapat terbang.

Daerah sebaran ketiga spesies ini adalah di hutan tropis dan pegunungan di pulau Irian. Kasuari Gelambir-ganda adalah satu-satunya spesies burung kasuari yang terdapat di Australia.

Kasuari diperlengkapi tanduk di atas kepalanya, yang membantu burung ini sewaktu berjalan di habitatnya di hutan yang lebat. Selain tanduk dikepalanya, kasuari mempunyai kaki yang sangat kuat dan berkuku tajam. Burung kasuari betina biasanya berukuran lebih besar dan berwarna lebih terang daripada jantan.

Casuarius
Berkas:Casuarius casuarius.jpg
Casuarius casuarius
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:Animalia
Filum:Chordata
Kelas:Aves
Ordo:Struthioniformes
Famili:Casuariidae
Genus:Casuarius
Brisson, 1760


Rabu, 04 Januari 2012

Cucak kuricang

cucak_kuricang01.jpg

Karakter
Tubuh berukuran sedang (17 cm).
Warna kekuningan. Kepala hitam berkilau. Tenggorokan hitam. Tubuh bagian atas zaitun kekuningan. Sayap kehitaman. Ekor kehitaman dengan ujung kuning mencolok. Tubuh bagian bawah kuning kehijauan.
Bentuk jarang: warna abu-abu dengan ujung ekor putih.
Iris biru pucat, paruh hitam, kaki coklat.
Hidup sendirian atau berkelompok kecil, kadang berbaur dengan jenis burung lain.
Makanan: buah kecil, Ficus, semut, serangga lain.
Sarang berbentuk cawan tidak rapi, dari batang paku-pakuan, serat rumput, daun, dan bahan lain, direkatkan dengan sarang laba-laba, pada dahan bercabang tak jauh dari permukaan tanah.
Telur berwarna kemerahjambuan, berbintik ungu, jumlah 2-3 butir.
Berbiak bulan Oktober, Januari, Maret-Mei.
Habitat
Hutan sekunder, tepi hutan, semak-semak tepi pantai.
Tersebar sampai ketinggian 900 m dpl.
Penyebaran
India timur-laut, Asia tenggara, Palawan, Semenanjung Malaysia, Sunda Besar.
Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali.
Penyebaran Lokal
Wanawisata Penggaron, Ungaran: hutan sekunder.
Status
Penetap.
Jumlah sedikit dan frekuensi sangat jarang.
Peringkat perjumpaan: (5) sangat sulit.
Suara
Klip asli belum tersedia.
Klik untuk klip suara Klip referensi.
© Birds of Tropical Asia, Jelle Scharringa.
Deskripsi:
Suara ramai tajam "cip". Lagu baku khas terdiri sederet "ciip", "ciiK" dan variasinya.

Burung-gereja Erasia

burung_gereja01.jpg

Karakter
Tubuh berukuran sedang (14 cm).
Mahkota warna coklat berangan. Dagu, tenggorokan, bercak pipi dan setrip mata warna hitam. Tubuh bagian bawah kuning tua keabu-abuan. Tubuh bagian atas berbintik coklat dengan tanda hitam dan putih.
Remaja: berwarna lebih pucat dengan tanda khas yang kurang jelas.
Iris coklat, paruh abu-abu, kaki coklat.
Hidup berkelompok. Mencari makan di tanah.
Makanan: biji-bijian, buah kecil, serangga.
Sarang berbentuk kubah tidak rapih, dari jalinan rumpur kering, dilapisi bulu di bagian dalam, pada vegetasi lebat, lubang pohon, sudut bangunan.
Telur berwarna putih, berbintik halus coklat abu-abu, jumlah 3-6 butir.
Berbiak sepanjang tahun.
Habitat
Berasosiasi dekat dengan manusia. Lahan pertanian, kebun, tegalan, sawah, pedesaan, perkotaan.
Tersebar sampai ketinggian 1.500 m dpl.
Penyebaran
Erasia, India, Cina, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Filipina, Australia, Pasifik.
Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Sulawesi, Maluku, Papua.
Penyebaran Lokal
Dijumpai hampir di semua lokasi.
Kawasan lahan basah, sampai dekat pantai.
Kebun, tegalan, daerah suburban.
Pemukiman daerah urban, Semarang.
Status
Penetap.
Jumlah sangat banyak dan frekuensi sangat sering.
Peringkat perjumpaan: (1) sangat mudah.
Suara
Klik untuk klip suara Suara panggilan tunggal.
Klik untuk klip suara Suara panggilan berpasangan.
Tambaksari, Sayung, Demak - © Baskoro
Deskripsi:
Cicitan ramai dan nada-nada ocehan cepat.
Video
Klik untuk klip video Pose bertengger sambil bersuara panggilan.
Tambaksari, Sayung, Demak - © Baskoro

Klik untuk klip video Pose bertengger dan menelisik.
Tembalang, Semarang - © Baskoro
Catatan
Beberapa ahli memasukkan kedalam famili Ploceidae.

sumber:
http://www.bio.undip.ac.id

Little Black Cormorant


pecuk_padi_hitam01.jpg
pecuk_padi_hitam02.jpg
Detil tubuh - Tambaksari, Sayung, Demak - © Baskoro

pecuk_padi_hitam03.jpg

pecuk_padi_hitam04.jpg
Tambaksari, Sayung, Demak - © Baskoro
pecuk_padi_hitam05.jpg
pecuk_padi_hitam06.jpg
Pose terbang - Tambaksari, Sayung, Demak - © Baskoro
pecuk_padi_hitam07.jpg
Habitat - Tambaksari, Sayung, Demak - © Baskoro
Karakter
Tubuh berukuran sedang (61 cm).
Warna hitam dengan kilau hijau atau ungu. Penutup sayap abu-abu, sisi sayap hitam dan terlihat bersisik.
Berbiak: Bercak putih di sisi kepala dan di belakang mata.
Remaja: Berwarna lebih suram, berbintik kecoklatan. Kulit muka dan kantung paruh abu-abu biru.
Iris hijau, paruh keabu-abuan, kaki hitam.
Umumnya berkelompok kecil atau sendirian.
Makanan: ikan.
Bersarang dalam koloni bersama burung air lain. Sarang dari tumpukan ranting di atas pohon bakau.
Telur berwarna hijau laut, ditutupi lapisan kapur, bentuk memanjang, jumlah 2-3 butir.
Berbiak antara Desember-Maret.
Habitat
Danau, kolam, muara, tepi laut, tambak.
Penyebaran
Australia, Indonesia, Sunda Besar.
Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Papua.
Penyebaran Lokal
Tambaksari, Sayung, Demak: kawasan lahan basah.
Status
Penetap.
Jumlah sedang dan frekuensi jarang.
Peringkat perjumpaan: (3) sedang.
Suara
Deskripsi:
Suara parau, pecah dari tenggorokan Ketika bersarang.
Video
Klik untuk klip video Pose bertengger istirahat dalam kelompok.
Klik untuk klip video Pose terbang.
Tambaksari, Sayung, Demak - © Baskoro

Burung hantu

Burung hantu adalah kelompok burung yang merupakan anggota ordo Strigiformes. Burung ini termasuk golongan burung buas (karnivora, pemakan daging) dan merupakan hewan malam (nokturnal). Seluruhnya, terdapat sekitar 222 spesies yang telah diketahui, yang menyebar di seluruh dunia kecuali Antartika, sebagian besar Greenland, dan beberapa pulau-pulau terpencil.

Di dunia barat, hewan ini dianggap simbol kebijaksanaan, tetapi di beberapa tempat di Indonesia dianggap pembawa pratanda maut, maka namanya Burung Hantu. Walau begitu tidak di semua tempat di Nusantara burung ini disebut sebagai burung hantu. Di Jawa misalnya, nama burung ini adalah darès atau manuk darès yang tidak ada konotasinya dengan maut atau hantu. Di Sulawesi Utara, burung hantu dikenal dengan nama Manguni.

Burung hantu dikenal karena matanya besar dan menghadap ke depan, tak seperti umumnya jenis burung lain yang matanya menghadap ke samping. Bersama paruh yang bengkok tajam seperti paruh elang dan susunan bulu di kepala yang membentuk lingkaran wajah, tampilan "wajah" burung hantu ini demikian mengesankan dan kadang-kadang menyeramkan. Apalagi leher burung ini demikian lentur sehingga wajahnya dapat berputar 180 derajat ke belakang.

Umumnya burung hantu berbulu burik, kecoklatan atau abu-abu dengan bercak-bercak hitam dan putih. Dipadukan dengan perilakunya yang kerap mematung dan tidak banyak bergerak, menjadikan burung ini tidak mudah kelihatan; begitu pun ketika tidur di siang hari di bawah lindungan daun-daun.

Ekor burung hantu umumnya pendek, namun sayapnya besar dan lebar. Rentang sayapnya mencapai sekitar tiga kali panjang tubuhnya.


Kebanyakan jenis burung hantu berburu di malam hari, meski sebagiannya berburu ketika hari remang-remang di waktu subuh dan sore (krepuskular) dan ada pula beberapa yang berburu di siang hari.


Burung Hantu
Burung hantu belang
Burung hantu belang
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:Animalia
Filum:Chordata
Kelas:Aves
Ordo:Strigiformes
Wagler, 1830
Suku/familia

Strigidae
Tytonidae

Kebiasaan

Mata yang menghadap ke depan, sehingga memungkinkan mengukur jarak dengan tepat; paruh yang kuat dan tajam; kaki yang cekatan dan mampu mencengkeram dengan kuat; dan kemampuan terbang tanpa berisik, merupakan modal dasar bagi kemampuan berburu dalam gelapnya malam. Beberapa jenis bahkan dapat memperkirakan jarak dan posisi mangsa dalam kegelapan total, hanya berdasarkan indera pendengaran dibantu oleh bulu-bulu wajahnya untuk mengarahkan suara.

Burung hantu berburu aneka binatang seperti serangga, kodok, tikus, dan lain-lain.

Sarang terutama dibuat di lubang-lubang pohon, atau di antara pelepah daun bangsa palem. Beberapa jenis juga kerap memanfaatkan ruang-ruang pada bangunan, seperti di bawah atap atau lubang-lubang yang kosong. Bergantung pada jenisnya, bertelur antara satu hingga empat butir, kebanyakan berwarna putih atau putih berbercak.


Ragam jenis

Ordo Strigiformes terdiri dari dua suku (familia), yakni suku burung serak atau burung-hantu gudang (Tytonidae) dan suku burung hantu sejati (Strigidae). Banyak dari jenis-jenis burung hantu ini yang merupakan jenis endemik (menyebar terbatas di satu pulau atau satu wilayah saja) di Indonesia, terutama dari marga Tyto, Otus, dan Ninox.

Beberapa contohnya adalah:

  • Burung hantu Pere David
  • Burung hantu elang Andaman
  • Burung hantu kelabu besar


Tytonidae

  • Serak Jawa (Tyto alba)
  • Serak bukit (Phodilus badius)



Strigidae

  • Celepuk reban (Otus lempiji)
  • Beluk jampuk (Bubo sumatranus)
  • Beluk ketupa (Ketupa ketupu)
  • Punggok coklat (Ninox scutulata)
  • Kokok beluk (Strix leptogrammica)


Bahan Bacaan

  • MacKinnon, J. 1993. Panduan lapangan pengenalan Burung-burung di Jawa dan Bali. Gadjah Mada University Press. Jogyakarta. ISBN 979-420-150-2
  • MacKinnon, J., K. Phillipps, and B. van Balen. 2000. Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. LIPI dan BirdLife IP. Bogor.ISBN 979-579-013-7


Pranala luar

  • (Indonesia) Burung hantu terkecil di inggris
  • (Inggris) Owl Pages, website burung hantu, diakses tgl 01/8/2006.
  • (Inggris) Strigiformes pada ITIS Database, diakses 01/8/2006

Berkas:Northern Spotted Owl.USFWS-thumb.jpg


Burung kenari

Burung kenari (Serinus Canaria) pertama ditemukan Oleh Pelaut Perancis Jean de Berthan Cout diKepulauan Canary pada abad ke-15. Terkesan karena keindahan bulu dan kemerduan suaranya. Keaneka ragaman burung kenari yang sekarang merupakan perkembangan keturunan kenari liar yang bernama latin Serinus Canarius. Banyaknya jenis ini merupakan kondisi alam atau juga karena kawin silang yang terjadi sejak lima abad yang lalu.

Negara Belanda yang kini lebih dikenal sebagai negara pengekspor kenari Indonesia, semula mendatangkan kenari dari Inggris, Jerman dan Belgia kemudian kenari tersebut dikawinkan dengan kenari liar dan menghasilkan beberapa jenis seperti norwich,scoth fancy,bolder fancy,london fancy, dan sebagainya.


KARAKTER DASAR BURUNG KENARI (CANARY)
  • Mudah beradaptasi, burung ini sangat mudah menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan.
  • Penyanyi dan petarung. Apabila mendengar suara burung kenari lain atau melihat burung sejenis, maka semangat tempurnya langsung berkobar.
  • Birahi yang cenderung mudah naik. Burung ini sangat mudah naik birahinya, banyak penyebab yang dapat membuat naiknya birahi pada burung jenis ini. Variasi pakan yang kurang tepat, penjemuran yang berlebih atau melihat burung Kenari betina dapat dengan cepat menaikkan tingkat birahinya.
  • Mudah jinak. Karena kemampuan beradaptasinya yang tinggi, maka burung ini mudah jinak kepada manusia.
  • Tidak mudah stress. Burung jenis ini sudah ratusan tahun ditangkarkan oleh manusia.

    PEMILIHAN BAHAN BURUNG KENARI YANG BAIK

    (CIRI-CIRI BURUNG KENARI YANG BAIK DARI KATURANGGAN)
    Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pemilihan bahan atau bakalan pada burung Kenari
  • Berkelamin jantan, ciri-ciri burung Kenari jantan dapat dilihat bentuk tubuh yang serasi, mengeluarkan suara cuit yang lebih nyaring dan keras. Pilihlah kenari jantan yang memiliki vent lebih besar dan panjang.
  • Bentuk paruh, sebaiknya pilih bentuk paruh yang berpangkal lebar, tebal, besar dan panjang.
  • Kepala berbentuk kotak. Ini menandakan burung ini mempunyai mental tempur yang baik.
  • Postur badan, pilihlah bahan yang berpostur sedang dengan panjang leher, badan dan ekor serta kaki yang serasi. Jangan memilih bahan yang berleher dan berbadan pendek.
  • Sayap mengepit rapat dan kaki mencengkram kuat, ini menandakan bahan tersebut sehat. Pilihlah Kaki yang besar dan terlihat kering. Warna kaki tidak berpengaruh terhadap mental burung.
  • Lincah dan bernafsu makan besar. Ini merupakan ciri-ciri bahan yang bermental baik.
  • Leher panjang padat berisi. Menandakan burung ini akan mengeluarkan power suara secara maksimal.

    MAKANAN YANG SESUAI UNTUK BURUNG KENARI

  • Bijian Mix. Pakan utama burung ini adalah Canary Seed. Tetapi kita dapat memberikan biji-bijian yang telah dicampur yang banyak dijual dipasaran.
  • Sayuran dan buah-buahan. Burung Kenari sangat menggemari sayur dan buah-buahan seperti: daun selada, daun sawi, gambas, mentimun, paprica, wortel, buah apel, buah pir, jagung muda.
  • Telur dan Kroto. Pada kondisi tertentu, kedua pakan ini sangat dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan, vitalitas fungsi-fungsi organ burung Kenari.
  • Asinan. Untuk mencukupi kebutuhan kalsium, burung ini membutuhkan asupan kalsium tambahan. Dapat diberikan tulang sotong untuk melengkapi kebutuhan kalsium yang dibutuhkan.
  • Roti kering. Disamping menggemari pakan-pakan diatas, burung Kenari juga menyukai roti kering (jangan berikan roti kering yang memiliki kandungan garam dan gula yang tinggi.

    PERAWATAN DAN STELAN HARIAN BURUNG KENARI

    Perawatan harian untuk burung Kenari relatif sama dengan burung berkicau jenis lainnya, kunci keberhasilan perawatan harian yaitu rutin dan konsisten.
    Berikut ini Pola Perawatan Harian dan Stelan Harian untuk burung Kenari:
  • Jam 07.00 burung diangin-anginkan di teras. Jam 07.30 burung dimandikan (karamba mandi atau semprot, tergantung pada kebiasaan masing-masing burung)
  • Bersihkan kandang harian. Ganti atau tambahkan Pakan dan Air Minum.
  • Berikan Sayuran segar atau Buah.
  • Penjemuran dapat dilakukan selama 1-2 jam/hari mulai pukul 08.00-11.00. Selama penjemuran, sebaiknya burung tidak melihat burung sejenis.
  • Setelah dijemur, angin-anginkan kembali burung tersebut diteras selama 10 menit, lalu sangkar dikerodong.
  • Siang hari sampai sore (jam 10.00-15.00) burung dapat di Master dengan suara Master atau burung-burung Master.
  • Jam 15.30 burung diangin-anginkan kembali diteras, boleh dimandikan bila perlu.
  • Kontrol Pakan, Air Minum, Sayuran dan Buah.
  • Jam 18.00 burung kembali dikerodong dan di perdengarkan suara Master selama masa istirahat sampai pagi harinya.



Minggu, 01 Januari 2012

Cangak Merah

Cangak Merah adalah spesies burung yang berukuran besar, yakni 60 cm. Warna abu-abu coklat berangan. Iris kuning, paruh coklat, kaki coklat kemerahan[1]. Bulu lainnya pada burung ini berwarna coklat kemerahan[2]. Terdapat setrip hitam menurun sepanjang leher yang merah-karat khas. Punggung dan penutup sayap abu-abu, bulu terbang hitam[2].

Daftar isi


  • 1 Habitat dan Penyebaran
  • 2 Makanan dan Perkembangbiakan
  • 3 Referensi
  • 4 Pranala luar
Cangak Merah
Berkas:Ardea purpurea0.jpg
Status konservasi
Risiko Rendah
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Ciconiiformes
Famili: Ardeidae
Genus: Ardea
Spesies: A. purpurea
Nama binomial
Ardea purpurea
Linnaeus, 1766

Habitat dan Penyebaran

Lahan basah tidak terbatas di pesisir, mangrove, sawah, danau, aliran air, kadang perbukitan. Tersebar sampai ketinggian 1.500 m dpl[1]. Afrika, Erasia, Filipina, Sunda Besar. Di Indonesia, terdapat di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Sulawesi, Nusa Tenggara[1].

Makanan dan Perkembangbiakan

Makanan burung ini adalah ikan, katak, reptil, larva serangga, dan krustasea[1]. Berkembang biak pada bulan Desember-Maret dan Februari-Agustus[1].

Referensi

  1. ^ a b c d e http://www.bio.undip.ac.id/sbw/spesies/sp_cangak_merah.htm
  2. ^ a b http://pecuk.wordpress.com/2008/09/17/cangak-merah-ardea-purpurea-melintas-diatas-kawasan-hutan-kampus-its/
Suara
Klik untuk klip suara Klip referensi.
© Birds of Tropical Asia, Jelle Scharringa.

Klik untuk klip suara Klip referensi.
Klik untuk klip suara Klip referensi.
© Bird Songs in Japan
Deskripsi:
Suara panggilan berupa suara parau "krook" dan seperti suara angsa.
Video
Klik untuk klip video Pose terbang.
Klik untuk klip video Mencari makan di pantai.

Cangak Laut

Burung cangak laut adalah burung yang hidup di tepian pantai[1]. Sebarannya terletak di Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Bali, Kalimantan, sampai Australia[1][2]. Burung ini berukuran besar, yakni berukuran 115 cm. Irisnya berwarna abu-abu gelap (abu-abu kecoklatan). Cangak laut beruban dan berjambul pendek[2]. Rentang sayap nya mencapai 2 meter[3]. Yang sudah dewasa, warna jambul, tengkuk, adalah berwarna abu-abu[4].

Cangak laut
Berkas:Ardea sumatrana -Palawan, Philippines-8.jpg

Seekor cangak dewasa di Palawan, Filipina.
Status konservasi
Status iucn3.1 LC.svg
Risiko Rendah (IUCN 3.1)
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Burung
Ordo: Pelecaniformes
Famili: Ardeidae
Genus: Ardea
Spesies: A. sumatrana
Nama binomial
Ardea sumatrana

Kuntul

Kuntul adalah sebutan untuk burung dari keluarga Ardeidae. Burung ini berkaki panjang, berleher panjang, dan tersebar di seluruh dunia. Burung Cangak dan Kowak juga termasuk keluarga Kuntul.

Burung Kuntul
Kuntul salju, Egretta thula
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Upakelas: Neornithes
Infrakelas: Neognathae
Superordo: Neoaves
Ordo: Ciconiiformes
Famili: Ardeidae
Leach, 1820
Genera

About 17, see text

Sinonim

Cochlearidae


Burung kuntul sewaktu terbang lehernya membentuk seperti huruf "s" dan tidak diluruskan, berbeda dengan burung dari keluarga Bangau (Ciconiidae) dan Ibis (Threskiornithidae) yang meluruskan leher dan merentangkan kaki-kakinya sewaktu terbang.

Dalam bahasa Melayu, burung dari keluarga Ardeidae dan Ciconiidae disebut Bangau, sedangkan di Indonesia istilah Bangau digunakan untuk burung dari keluarga Ciconiidae.

Habitat burung Kuntul di lahan basah, di pantai atau terumbu karang. Makanan berupa ikan, Katak, dan hewan invertebrata. Spesies seperti Kuntul kerbau (Bubulcus ibis ) memakan serangga yang berukuran lebih besar dan tidak terlalu tergantung pada tanah yang berair.

Pada tahun 2005, ilmuwan Kanada yang bernama Dr Louis Lefebvre mengumumkan metode pengukuran IQ yang berkaitan dengan kebiasaan makan. Berdasarkan metode ini, burung Kuntul merupakan salah satu burung yang paling pintar.

Klasifikasi burung Kuntul mengalami kesulitan karena ada perbedaan pendapat dalam pengelompokan spesies ke dalam dua genus besar: Ardea dan Egretta.

[sunting] Spesies

  • Genus Ardea
    • Kuntul putih besar, Kuntul besar (Ardea alba, Egretta alba)
    • Kuntul sedang atau Kuntul perak (Ardea intermedia, Egretta intermedia, atau Mesophoyx intermedia)
    • Cangak Laut atau Cangkak laut (Ardea sumatrana)
    • Cangak abu (Ardea cinerea)
    • Great Blue Heron (Ardea herodias)
    • Goliath Heron (Ardea goliath)
    • Cocoi Heron (Ardea cocoi)
    • White-necked Heron atau Pacific Heron (Ardea pacifica)
    • Black-headed Heron (Ardea melanocephala)
    • Madagascar Heron (Ardea humbloti)
    • White-bellied Heron (Ardea insignis)
    • Cangak merah (Ardea purpurea)
    • Pied Heron (Ardea picata atau Egretta picata)
    • Swinhoe's Egret atau Chinese Egret (Ardea eulophotes atau Egretta eulophotes)
  • Genus Philherodias
    • Capped Heron (Pilherodius pileatus)
  • Genus Butorides
    • Green Heron atau Green-backed Heron (Butorides virescens)
    • Kokokan laut (Butorides striatus atau Ardea striatus)
  • Genus Ardeola
    • Blekok sawah, Kuntul Putih, atau Kuntul Sawah (Ardeola speciosa)
    • Indian Pond Heron (Ardeola grayii)
    • Squacco Heron (Ardeola ralloides)
    • Chinese Pond Heron (Ardeola bacchus)
    • Madagascar Pond Heron (Ardeola idae)
    • Rufous-bellied Heron (Ardeola rufiventris)
  • Genus Bubulcus
    • Kuntul kerbau (Bubulcus ibis atau Ardea ibis)
  • Genus Egretta
    • Kuntul kecil atau Kuntul perak kecil (Egretta garzetta atau Ardea garzetta)
    • Kuntul karang (Egretta sacra atau Ardea sacra)
    • Kuntul china (Egretta eulophotes)
    • Kuntul salju (Egretta thula)
    • Reddish Egret (Egretta rufescens)
    • Slaty Egret (Egretta vinaceigula)
    • Black Heron (Egretta ardesiaca)
    • Tricolored Heron atau Louisiana Heron (Egretta tricolor)
    • Cangak Australia (Egretta novaehollandiae atau Ardea novaehollandiae)
    • Little Blue Heron (Egretta caerulea)
    • Western Reef Heron (Egretta gularis)
  • Genus Agamia
    • Agami Heron (Agamia agami)
  • Genus Tigrisoma
    • Bare-throated Tiger Heron (Tigrisoma mexicanum)
    • Fasciated Tiger Heron (Tigrisoma fasciatum)
    • Rufescent Tiger Heron (Tigrisoma lineatum)
  • Genus Tigriornis
    • White-crested Tiger Heron (Tigriornis leucolophus)
  • Genus Zonerodius
    • New Guinea Tiger Heron (Zonerodius heliosylus)
  • Genus Zebrilus
    • Zigzag Heron (Zebrilus undulatus)
  • Genus Syrigma
    • Whistling Heron (Syrigma sibilatrix)
  • Genus Nycticorax
    • Kowak-malam Abu atau Kowak Maling (Nycticorax nycticorax)
    • Kowak-malam kuning (Nycticorax violaceus)
    • White-backed Night Heron (Nycticorax leuconotus)
    • Rodrigues Night-Heron (Nycticorax megacephalus) (sudah punah)
  • Genus Gorsachius
    • Kowak malam merah atau Kowak Melayu (Gorsachius melanolophus atau Nycticorax caledonicus)
    • White-eared Night Heron (Gorsachius magnificus)
    • Japanese Night Heron (Gorsachius goisagi)
    • Malayan Night Heron (Gorsachius melanolophus)

Gagak

Gagak adalah anggota burung pengicau (Passeriformes) yang termasuk dalam marga Corvus, suku Corvidae.

Hampir semua jenis burung ini berukuran relatif besar dan berwarna bulu dominan hitam. Daerah sebarannya ada di seluruh benua dan kepulauan, dengan perkecualian di Amerika Selatan.

Di antara jenis-jenis unggas, gagak diketahui mempunyai tingkat kecerdasan yang relatif tinggi[1]. Kualitas ini sudah sejak lama diketahui manusia, khususnya dalam keterampilannya mencuri berbagai alat bantu manusia. Hewan ini mempunyai kemampuan belajar dan dapat memecahkan permasalahan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di sekitarnya.

Di beberapa kebudayaan dan mitologi, burung gagak kerap dikaitkan dengan sesuatu yang buruk. Di Eropa, gagak dipercaya sebagai burung peliharaan penyihir. Di Indonesia, gagak di hutan dianggap dapat menjadi pertanda kesulitan yang bakal timbul. Ada pula kepercayaan yang mengaitkan sate gagak untuk memanggil genderuwa.

Jalak Bali

Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) adalah sejenis burung pengicau berukuran sedang, dengan panjang lebih kurang 25cm, dari suku Sturnidae. Jalak Bali memiliki ciri-ciri khusus, di antaranya memiliki bulu yang putih di seluruh tubuhnya kecuali pada ujung ekor dan sayapnya yang berwarna hitam. Bagian pipi yang tidak ditumbuhi bulu, berwarna biru cerah dan kaki yang berwarna keabu-abuan. Burung jantan dan betina serupa.

Jalak Bali
Berkas:Leucopsar rothschildi -Brookfield Zoo, Chicago, USA-8a (1).jpg
Jalak Bali di Kebun Binatang Brookfield
Status konservasi
Status iucn3.1 CR.svg
Kritis (IUCN 3.1)
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Passeriformes
Famili: Sturnidae
Genus: Leucopsar
Stresemann, 1912
Spesies: L. rothschildi
Nama binomial
Leucopsar rothschildi
Stresemann, 1912
Jalak Bali
Jalak Bali di Kebung Binatang Houston


Endemik Indonesia, Jalak Bali hanya ditemukan di hutan bagian barat Pulau Bali. Burung ini juga merupakan satu-satunya spesies endemik Bali dan pada tahun 1991 dinobatkan sebagai lambang fauna Provinsi Bali. Keberadaan hewan endemik ini dilindungi undang-undang.

Jalak Bali ditemukan pertama kali pada tahun 1910. Nama ilmiah Jalak Bali dinamakan menurut pakar hewan berkebangsaan Inggris, Walter Rothschild, sebagai orang pertama yang mendeskripsikan spesies ini ke dunia pengetahuan pada tahun 1912.

Karena penampilannya yang indah dan elok, jalak Bali menjadi salah satu burung yang paling diminati oleh para kolektor dan pemelihara burung. Penangkapan liar, hilangnya habitat hutan, serta daerah burung ini ditemukan sangat terbatas menyebabkan populasi burung ini cepat menyusut dan terancam punah dalam waktu singkat. Untuk mencegah hal ini sampai terjadi, sebagian besar kebun binatang di seluruh dunia menjalankan program penangkaran jalak Bali.

Jalak Bali dinilai statusnya sebagai kritis di dalam IUCN Red List serta didaftarkan dalam CITES Appendix I.

Jalak suren

Jalak suren sebenarnya bisa ditemukan hampir di seluruh pelosok Indonesia. Namun, sekarang burung ini semakin sulit ditemukan. Apa yang dialami burung lain, populasinya kian hari kian susut di alam, ternyata juga dialami jalak suren. Pencemaran sawah oleh pestisida, penangkapan untuk dipelihara atau diperdagangkan, dan penciutan hutan merupakan penyebab utama menurunnya populasi jalak suren yang bernama ilmiah Sturnus contra jalla.

http://alamendah.files.wordpress.com/2010/10/jalak-suren-sturnus-contra.jpg

Keistimewaan jalak suren
Jalak suren dilambangkan sebagai burung jinak penjaga rumah. Dengan memelihara burung ini, rumah akan selalu terjaga setiap hari. Mungkin ada benarnya anggapan ini karena jalak suren merupakan burung yang sangat peka. Jika ada orang datang, akan bersuara nyaring dan bervariasi. Bisa dipahami kalau banyak orang yang memelihara burung ini.
Ada empat alasan orang memelihara jalak suren. Pertama, untuk menjaga rumah. Kedua, untuk kesenangan. Ketiga, untuk memancing suara burung lain agar ikut berkicau. Kecerewetan jalak uren akan merangsang burung lain untuk mengeluarkan nyanyiannya. Jalak suren dapat dijadikan master bagi whamei atau whabi. Keempat, untuk ditangkarkan. Usaha penang-karan dilatarbelakangi oleh kesa-daran terhadap kelestarian jenis burung ini dan alasan ekonomis. Jalak suren hasil penangkaran dapat diperjualbelikan dengan harga Rp 350.000,00 per pasang.
Membedakan jantan dan betina
Jalak suren mulai dewasa pada umur 8-10 bulan. Ciri fisik dan tingkah laku burung jantan dan betina mulai bisa dibedakan. Untuk membedakannya, harus dilakukan dengan pengamatan yang seksama.
Jalak suren jantan memiliki tubuh berbentuk lurus dengan ukuran relatif lebih besar dari betina. Tubuhnya lonjong dan panjang, kepa-lanya lebih besar dan bulat, paruhnya relatif lebih panjang dan kokoh. Bulu kepala, punggung, dan dada berwarna hitam legam dan mengilat. Warna merah pada kulit di atas mata lebih cerah dan jelas. Pada bagian yang memiliki bulu warna putih, di tubuh bagian bawah, kelihatan lebih bersih. Ekornya sedikit lebih panjang dan menyatu. Jari-jari kakinya lebih panjang dan lebih kokoh. Jambul kepalanya lebih panjang dan lebih melebar saat mengembang.
Yang betina memiliki bentuk tubuh bulat dan pendek. Warna hitam dan putihnya agak suram. Paruh, jari kaki, dan ekornya lebih pendek dan halus. Kepalanya agak ramping. Warna merah pada bagian mukanya lebih pucat dibanding burung jantan.
Selain itu, aktivitas dan gerakan burung jantan relatif lebih lincah dan agresif dari yang betina. Suara ocehannya lebih cerewet, bervariasi, dan lebih keras dari betina.
Untuk tujuan penangkaran, burung jantan dan betina harus dipilih yang memiliki pandangan mata tajam, postur tegap, gesit, gerakan lincah, suara lantang, dan nafsu makan tinggi.
Cara menangkar
Penangkaran merupakan solusi penting dalam menjaga populasi jalak suren supaya tidak sampai punah. Dalam menangkarkan jalak suren, hal-hal berikut ini perlu diperhatikan.
Kandang sebaiknya memiliki bentuk meninggi. Di dalam kandang disediakan tanaman yang tinggi, bercabang banyak, dan berdaun lebat, misalnya kemuning, klampis, kersen, atau tanaman lain yang mirip dengan tanaman tersebut. Lantai kandang juga perlu ditanami tanaman perdu atau semak dan rumput-rumputan. Tempat berteng-ger diupayakan yang besar atau melebar untuk memudahkan perkawinan. Tempat pakan harus cukup memadai dan kebersihannya dijaga. Tempat minum dan mandi juga perlu disediakan. Sinar matahari harus dapat masuk ke kandang secara memadai. Banyaknya sinar matahari yang masuk sangat menentukan produktivitas perkawinan dan telur. Selain itu, tentunya juga perlu tempat berteduh sewaktu ada hujan.
Menurut pengalaman, jalak suren yang ditempatkan dalam kandang berukuran 100 x 175 x 200 cm atau yang lebih besar lagi (3 x 3 x 4 m) ternyata bisa berkembang biak dengan baik. Perlengkapan yang ada di dalam kandang ditata hingga menyerupai kondisi alami.
Pakan yang diberikan berupa pepaya, pisang, dan serangga (misalnya kroto, ulat bambu, ulat hongkong, atau jangkrik.
Selain itu, juga diberi voor yang berkualitas baik. Dengan pakan seperti ini, sepasang jalak suren yang sudah jodoh akan berkembang biak dengan baik.
Jalak suren mulai siap berbiak pada umur 10-12 bulan. Satu tahun untuk betina dan 1,5-2 tahun untuk jantan merupakan umur ideal untuk penjodohan. Biasanya betina lebih cepat dewasa kelamin dibanding jantan.
Tehnik penjodohan dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pertama, kalau jumlahnya banyak, penjodohan bisa dilakukan secara bebas. Artinya, masing-masing burung dibebaskan memilih pasangannya. Bila ada sepasang burung yang saling berdekatan, berkicau sahut-sahutan, dan bercumbu, itu pertanda jodoh. Burung yang sudah jodoh harus dipindahkan dalam kandang tersendiri. Biasanya burung yang sudah jodoh akan merajai di antara yang lain dan menyerang sesamanya atau sebaliknya diganggu oleh yang lain yang sama-sama jodoh atau berebut jodoh. Ini akan mengganggu proses perkawinan dan perkembangbiakan selan-jutnya.
Jika hanya ada dua ekor, seekor jantan dan seekor betina, penjodo-han dapat dilakukan dengan mendekatkan betina ke jantan. Caranya, burung betina dimasukkan dalam sangkar kecil atau sangkar gantung. Burung jantan dibiarkan dalam kandang penangkaran. Selanjutnya, sangkar kecil berisi burung betina dimasukkan ke dalam kandang penangkaran. Karena memiliki sifat berahi yang tinggi dan musim kawin sepanjang tahun, kedua burung ini akan segera jodoh.
Burung yang sudah jodoh akan melakukan perkawinan 2-4 minggu setelah penjodohan. Selanjutnya, burung akan membuat sarang untuk bertelur pada tanaman yang banyak cabangnya.
Dalam kandang penangkaran jalak suren dapat dirangsang membuat sarang. Caranya, di beberapa tempat yang layak untuk bersarang -misalnya pada tanaman yang memiliki banyak cabang kuat, terlidung, dan aman dari gangguan- diberi tatanan dasar sarang. Di tempat-tempat yang telah ditentukan itu ditaruh bahan sarang seperti jerami, akar sulur yang panjang, ranting-ranting, atau daun-daunan. Bahan sarang ini ditata melingkar atau dalam tumpukan yang teratur. Cara ini dapat merangsang dan membantu jalak suren untuk bersarang.
Jalak suren akan memilih sendiri tempat yang sesuai untuk bersarang. Pembuatan sarang dilakukan selama 5-10 hari, tergantung agresivitas burung. Ukuran sarang termasuk besar. Panjang tumpukan susunan sarang antara 35-45 cm, lebar 20-30 cm, dan tinggi sekitar 20 cm. Lubang tempat keluar masuknya burung berada di permukaan atas sarang, agak miring dengan derajat kemiringan antara 40-45°.
Jalak suren merupakan salah satu, mungkin satu-satunya, jenis dari keluarga Sturnidae yang membuat sarang bukan di dalam rongga pohon, tetapi menaruh sarang pada cabang-cabang pohon.
Telur jalak suren berwarna biru, berukuran 19,8 x 27,7 mm, dan berjumlah 3-4 butir. Telur dierami bergantian oleh burung jantan dan betinanya. Telur-telur itu akan menetas setelah 14 hari dierami. Selain sebagai pengganti selama pengeraman telur, yang jantan juga bertindak sebagai penga-man di luar sarang. Anak jalak suren akan dipelihara induknya sampai berumur 1,5 bulan.
Jalak suren bisa berkem-bang biak sepanjang tahun. Puncak perkembangbiakan terjadi pada pertengahan tahun, yaitu antara bulan Januari-Juni. Bulan Juli-Desember merupakan masa penurunan perkawinan.
Perawatan anak
Induk jalak suren akan menyuapi anaknya yang baru menetas dari telur dengan pakan berupa serangga, misalnya kroto, belalang, kupu-kupu, jangkrik, ulat hong-kong, ulat bambu, atau jenis serangga lain yang dijumpai. Anak jalak suren jarang disuapi buah-buahan. Demikian pula dengan anak yang sudah keluar dari sarang, pakan yang diberikan berupa serangga, sampai anakan umur 1-1,5 bulan. Setelah itu anak jalak suren mulai makan buah-buahan.
Pemberian makanan dilakukan 1-2 jam sekali setiap hari. Kira-kira umur 1,5 bulan anak jalak suren sudah disapih oleh induknya.
Selanjutnya anak jalak suren dapat dipisah dari induknya dan diperlakukan seperti halnya jalak suren dewasa. Burung muda ini selanjutnya bisa dilatih suaranya atau ditangkarkan seperti induknya. (Drs. Anthan Warsito)

Catatan dari saya (Duto) untuk tulisan di atas:

Pada umumnya, apa yang ditulis Drs Anthan Warsito soal jalak suren itu memang benar adanya. Hanya saja, selama ini para peternak kesulitan dalam membedakan jantan dan betina jalak suren. Jangankan orang yang awam, para penangkar profesional di wilayah Jimbung, Klaten, pun sering kesulitan membedakan antara jantan dan betina jalak suren.
Secara umum, berikut ini komentar saya khusus soal jantan-betina. Untuk hal yang lainnya, kali lain saya ingin juga menuliskannya:

Ciri-ciri jantan-betina jalak suren secara teoritis memang seperti yang disebutkan Drs Anthan Warsito. Namun kita harus ingat, bahwa teori jenis kelamin soal jalak suren (juga anis merah, anis kembang, cucakrowo, lovebird dan sejenisnya), selalu menyebutkan “si anu lebih panjang, lebih kokoh, lebih hitam, lebih keras, lebih lebar dsb… ketimbang si anu…”. Artinya apa? Itu adalah perbandingan relativitas.
Lain halnya kalau perbedaan itu sangat nyata seperti halnya ayam jantan dan betina, dsb. Perbedaan relativitas sangat sulit diterapkan dalam praktek. Katakanlah saya menyodorkan satu jalak suren kepada Anda, lantas saya minta Anda menerka jantan atau betinakah jalak tersebut. Saya yakin Anda akan kebingungan karena Anda tidak bisa membandingkan dengan jalak lain yang sudah ketahuan jenis kelaminnya. Saya yakin Anda akan lebih bingung ketika saya sodorkan 10 ekor jalak suren untuk dipilah jantan-betinanya. Saya juga yakin, para teoritisi jalak suren itu sesungguhnya tidak paham betul soal jalak suren. Mengapa? Sebab, berdasar pengalaman bertahun-tahun soal warna merah di sekitrar mata, kekokohan kaki, cara berdiri, kilat hitam pada bulu, belahan dada, keceriwisan, agresivitas (dan segala macam atribut jalak suren yang disebutkan dalam teori itu) sangat-sangat tergantung, terutama pada lima hal: A) Habitat asli dari si burung; B) Makanan (jenis makanan/gizi/mineral/vitamin); C) Sinar matahari; D) Ketersediaan air; E). Masa birahi.
Penjelasan poin A). Jalak suren lokal jawa dengan habitat asli rawa-rawa berbeda dengan berhabitat asli sawah. Jalak rawa relatif ramping tetapi pendek, kaki cenderung kehitaman, warna merah kates matang di seputar mata tidak muncul (cenderung kuning); bulu hitam cenderung kusam, tak ada belahan pada bulu dada. Artinya: Jalak jantan berhabitat asli rawa “lebih pucat mukanya”, “lebih kusam bulu hitamnya”, “lebih kecil tubuhnya” dari jalak suren betina berhabitat asli sawah. Kalau keduanya disodorkan kepada “para teoritisi” jalak suren, saya berani bertaruh, mereka akan menyebut si betina sebagai jantan dan si jantan sebagai betina.
Penjelasan poin B, C dan D): Jalak suren yang cukup dalam mengkonsumsi vitaman A, C dan D, secara rutin terkena matahari (terutama jalak tangkaran) dan rajin mandi, akan memiliki bulu dengan kilat tajam yang jelas (hitamnya legam dan mengkilat, putihnya sangat bersih), kokoh dan lincah bergerak. Artinya, jalak betina yang sejak anakan terpenuhi dalam makanan, air dan sinar matahari jelas lebih lincah, bersih dan kokoh (juga lebih besar) ketimbang jalak jantan yang yang dipelihara dengan makanan, air dan sinar matahari standar (misalnya burung untuk kicauan di rumah). Dalam hal ini pun saya yakin, jika seekor betina yang terawat secara bagus dan seekor jantan yang dipelihara dengan cara standar disodorkan kepada “para teoritisi” jalak suren, mereka juga akan menyebut si betina sebagai jantan dan si jantan sebagai betina.
Penjelasan poin E): Semakin birahi jalak suren semakin ceriwis/gacor-lah dia. Sebagai contoh ektrem: Campurkan saja betina birahi dengan pejantan yang baru saja genap bulu (sehabis brodol), maka Anda akan menyaksikan betapa si betina begitu ngecrek berkepenjangan juga bersiul-siul tanpa henti namun pada saat yang sama si jantan malah melakukan aksi mogok bicara alias mbisu dan kalaupun bunyi hanya ngik-ngik crek nan monoton. Hayo, tunjukkan kepada para teoritisi jalak suren itu, maka mereka akan dengan lantang mengatakan yang suaranya ngerol, ngecrek terus dengan siulan aduhai serta menari jika didekati orang itulah yang jantan.
Lantas, untuk menandai apakah seekor burung itu jantan atau betina itu bagaimana? Saya katakan itu memang sulit. Selama ini, yang digunakan para penangkar jalak suren ada dua cara.

PERTAMA menggunakan pendulum atau logam (sembarang logam) yang digantung dengan benang. Pendulum tersebut diterakan di atas kepala burung. Kalau pendulum bergerak memutar, berarti burung yang ditanda adalah betina. Kalau gerakan bolak-baliknya searah (lurus) berarti itu burung jantan. Cara ini bisa diterapkan ke semua jenis burung, termasuk anis merah dan kembang yang biasanya orang kesulitan membedakan jenis kelaminnya.
KEDUA, jalak suren jantan/betina juga bisa dilihat dari perilakunya. Yakni, jika ada dua jalak suren didekatkan (pantau secara cermat setiap hari sampai sekitar 1 pekan) tidak ada yang menunjukkan perilaku ngleper (sayap dan ekor bergetar/bergerak rapat) maka keduanya adalah jantan-jantan atau betina-betina. Jika salah satunya ngleper, berarti yang ngleper adalah betina dan yang satunya pasti jantan (tidak ada jantan ngleper dan tidak ada betina ngleper di depan betina).
Untuk tahap awal menentukan jantan-betina yah gunakan saja teori-teori yang sudah ada (dari bulu, bentuk kepala, kaki dll) tapi hal itu jangan digunakan sebagai pegangan utama (ya percaya 20 persen sajalah).
Sementara itu khusus untuk jalak suren jantan usia di atas 1,5 tahun (usia produktif) ADA WARNA LINGKARAN BIRU DI DUBURNYA. Artinya, kalau ada warna birunya, pasti itu jalak suren jantan. Tetapi meskipun jalak suren jantan, belum tentu ada warna birunya karena mungkin saja usianya masih di bawah satu tahun (belum produktif).